AL
GHOZWUL FIKRI1.1.1.22.045
Ust. Amang Syafruddin, Lc
Kesadaran
terhadap adanya musuh membuat kita semakin peka terhadap apa yang sebenarnya
terjadi dan saat itulah kita akan terbebas dari tipu daya atau paling tidak
kita mampu mengantisipasi tipu daya yang mungkin terjadi pada diri kita yang
akan mencelakakan kita. Salah satu di antara permasalahan yang paling penting
untuk disadari oleh umat Islam khususnya pada saat sekarang ini adalah tentang ghozwul
fikri (perang pemikiran) yakni suatu inovasi pemikiran atau suatu gerakan
yang sangat hebat dalam persoalan pemikiran.
Perang
pemikiran menyangkut berbagai aspek kehidupan manusia. Tidak hanya mengenai
masalah-masalah ilmu pengetahuan, tapi juga seluruh dimensi kehidupan diawali
dengan pemikiran itu sendiri. Terutama persepsi yang seringkali kita munculkan,
seringkali kita dengar dari orang-orang, itu jelas merupakan bagian dari proses
yang sedang digarap dalam proses Al Ghozwul Fikri.
Penting
kita melihat bagaimana sebenarnya kondisi umat Islam sekarang ini. Banyak
sekali kemunduran-kemunduran, khususnya pada abad-abad terakhir ini. Setelah
umat Islam dimasa-masa kejayaannya pertama dimasa Rasulullah saw, kemudian masa
para sahabatnya. Dilanjutkan para tabiit dan tabiin sampai 7 abad berikutnya.
Sampai kemudian dilanjutkan lagi dengan peradaban di Andalus sebagai inspirasi
dari renaisance yang terjadi di barat. Renaisance dalam Islam ada 2
yaitu:
- Renaisance
di timur yang seringkali oleh sejarawan muslim dilihat dengan kebangkitan
Islam, peradaban dan ilmu pengetahuan di Baghdad.
- Renaisance
di barat yaitu dengan peradaban yang pernah dimiliki oleh Islam yang
berada di Andalus, sebagai inspirator bagi berkembangnya ilmu pengetahuan
bahkan lahirnya pencerahan atau renaisance di Eropa.
Jika
kita melihat pada kehebatan umat Islam saat itu, lalu mengapa saat ini umat
Islam justru mengalami anti klimaks yang sangat merugikan umat Islam itu
sendiri. Ini bukan sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba, apalagi
mempermasalahkan Allah SWT dengan mengatakan bahwa ini adalah takdir. Oleh
karena itu penting sekali kita mencoba mengevaluasi, merenungkan, mencari
sebab-sebab apa sajakah yang mengakibatkan kemunduran kaum muslimin ini. Para
ulama berhasil menemukan dan merumuskan sebab-sebab kemunduran kaum muslimin
ini ditinjau dari 2 faktor.
1.
Faktor Internal
a. Akibat jauhnya umat Islam dari Kitabullah
dan As Sunnah .
Kitabullah yang dulu pertama kali diajarkan oleh Allah
SWT kepada Rasul-Nya, yang kemudian Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya
dengan sebaik-baik pengajaran. Kitabullah yang telah mengangkat harkat derajat
manusia dari ke-jahiliyah-an yakni masyarakat yang diliput dengan
kebodohan. Dengan Kitabullah mereka bangkit dengan memiliki persepsi yang baru
tentang kehidupan. Rasul membacakan ayat-ayat Allah kepada para sahabatnya,
sehingga membentuk skema berfikir dan konsep diri yang mengakibatkan cara melihat para sahabat kepada dirinya
berbeda dengan cara melihat waktu dulu sebelum mereka menjadi muslim. Mereka
tidak pernah berfikir akan mampu mengalahkan Romawi dan Persia, tetapi dengan
Islam mereka memiliki konsep diri yang baru dan kepercayaan diri yang tinggi
bahwa mereka akan menjadi bangsa besar bahkan mampu menenggelamkan Romawi dan
Persia dan itu sudah terbukti.
Jauhnya umat Islam dari Kitabullah dan Sunnah
Rasul-Nya merupakan salah satu yang mengakibatkan umat Islam kini mempunyai
konsep diri yang buruk sekali. Seringkali kita menghambat diri kita dari
kemajuan yang seharusnya kita capai dengan misalnya mengatakan tidak mungkin
menyaingi mereka (musuh-musuh Islam). Menjauhkan umat Islam dari bahasa Al
Qur’an adalah akibat yang timbul dari perang pemikiran ini. Seringkali kita
mempunyai persepsi bahwa belajar bahasa Al Qur’an (bahasa arab) itu sulit.
b. Adanya ketidakpercayaan umat kepada
Islam.
Akibat persepsi
umat Islam sendiri tentang Islam yang tidak jelas karena bukan Islam yang
dipelajari dan dipahami dari Al Qur’an dan Hadist. Dan orang-orang yang
benar-benar menguasai tentang itu sangat sedikit akibatnya adalah ketika
nilai-nilai yang sesungguhnya cukup kaya dalam Qur’an dan Sunnah tidak lagi
dimiliki oleh umat Islam, pada saat itulah umat Islam kekurangan dan kehilangan
nilai. Maka yang terjadi adalah munculnya kekalahan internal.
c. Taklid (ikut-ikutan).
Karena umat tidak punya nilai, tidak memiliki
prinsip-prinsip yang sangat berharga sebagaimana yang ada di dalam Al Qur’an
dan As Sunnah, akhirnya yang mereka lakukan adalah mencari nilai dari orang
lain. Kalau sudah demikian yang terjadi, maka mereka akan mengikuti apa saja
sesuai dengan kebiasaan orang lain. Akibatnya adalah ikut-ikutan. Ini yang
pernah diantisipasi oleh Rasulullah SAW, dalam haditsnya “Sungguh kalian akan
mengikuti cara-cara Sunan, gaya-gaya orang-orang sebelum kalian satu jengkal,
satu hasta, satu depa, secara bertahap sehingga sampai mereka memasuki lubang
biawak sekalipun kalian akan mengikutinya”. Para sahabat bertanya, ”Yahudi dan
Nasrani?”. Jawab Rasul, ”Siapa lagi kalau bukan mereka”.
Antisipasi ini nampaknya sudah terasa dimasa sekarang.
Penyebabnya adalah umat ini telah kehilangan nilai, prinsip dan tidak punya
paradigma dalam hidup serta konsep hidup tidak jelas. Padahal dalam Qur’an dan
Sunnah sangat kaya dengan seluruh prinsip kehidupan manusia.
d. Tafriqoh (terjadinya perpecahan di
kalangan umat).
Banyaknya organisasi-organisasi dan partai-partai umat
Islam yang diakibatkan karena umat sekarang ini tidak punya nilai konsep
persatuan dan kesatuan fikroh pemikiran, dan akidah. Semua terpecah
dengan mengikuti fahamnya masing-masing. Akibatnya mereka pun tertinggal dari berbagai
macam gelombang kontemporer yang terus berkembang. Seringkali umat Islam
tertinggal dalam perkembangan dunia.
2.
Faktor Eksternal
a.
Berasal dari musuh
utama umat manusia yaitu syetan dan iblis.
Kecemburuan iblis terhadap Adam sangat besar sekali dan dia
tidak suka dengan prestasi dan kelebihan yang telah Allah berikan kepada Adam
as. Ketika Adam dan istrinya diperintahkan oleh Allah untuk menempati surga
dengan fasilitas yang mewah dan sempurna. Makanlah sesuai dengan kehendakmu
tetapi Allah menguji Adam dan janganlah engkau dekati pohon ini, lalu kamu
nanti termasuk orang-orang yang dzolim. Saat itulah kesempatan syetan masuk
untuk melakukan sebuah proses untuk menyesatkan Adam dengan cara was-was
memberikan ide yang membuat Adam ragu dengan targetnya adalah agar kehormatan
keduanya itu terlepas.
Diantara bentuk penyesatan yang dilakukan oleh syetan juga
adalah pembentukan opini. Kata syetan, tidaklah Tuhan kamu berdua melarang kamu
dari pohon ini kecuali kamu bakal menjadi malaikat atau kamu akan termasuk
orang-orang yang kekal. Keduanya akhirnya terjebak tertipu oleh rayuan iblis
itu. Target yang dikehendaki iblis itupun terwujud. Kemudian nabi Adam dan istrinya memetiki
dedaunan surga untuk dibuat pakaian untuk menutupi kehormatan. Saat itulah Allah
memanggil keduanya, bukanlah Aku larang kalian berdua dari pohon itu dan Aku
katakan bahwa syetan adalah musuh yang nyata. Ini merupakan akar ghozwul fikri,
bahwa syetan itu merupakan pengganggu pertama untuk senantiasa menciptakan
opini yang menyesatkan dan diapun mencoba mendidik syetan-syetan di kalangan
manusia untuk menyesatkan manusia dengan cara seperti itu. Dan perlu dipastikan
bahwa kemampuan syetan hanya sebatas memberikan ide dan gagasan, mengajak dan
propaganda, tidak lebih dari itu. Seperti dalam surat 14 ayat 22, bagaimana
pengakuan syetan kelak dihari kiamat, syetan hanya mengajak dan Allah telah
memberikan peringatan.
b.
Adanya pertempuran
antara haq dan bathil yaitu keimanan dan
kekufuran.
Salah satu pelajaran berharga bagi umat Islam adalah “Perang
Salib”, yang menggunakan berbagai dimensi pertempuran, politik, ekonomi, dan
perang di tataran keagamaan. Musuh-musuh
Islam menggunakan berbagai macam cara, mereka itu dari berbagai macam kelompok
yaitu orang-orang yang tidak beragama, atheis, yahudi, musyrikin, nasrani dan
munafik. Ulama menyatakan: apapun jenisnya kekufuran itu merupakan satu pokok
ajaran. Mereka bersatu padu untuk membangun satu kesepakatan dan konspirasi
yang selanjutnya mereka menggunakan berbagai macam sarana :
·
Sarana informasi,
ide, dan gagasan pemikiran sampai kepada tingkat pemojokan, istilah saja yang
memojokkan umat Islam sudah cukup banyak, contoh : fundamentalisme.
·
Berbagai macam
cetakan, buku, majalah, media cetak, dikuasai oleh mereka.
·
Berusaha membangun
image yang mewah dalam kehidupan ini, berbagai kemewahan senantiasa ditawarkan
dalam kehidupan manusia sehingga kita semakin cinta dunia dan melupakan
akhirat.
·
Berbagai klub,
organisasi, kelompok-kelompok, diciptakan dengan berbagai aspek dan dimensi
terutama dalam bidang enterteinment, termasuk juga olahraga yang seharusnya
untuk menyehatkan fisik, kini telah disulap menjadi komoditi yang menyita
berbagai macam perhatian manusia. Bahkan banyak diantara manusia yang berani
mengorbankan puluhan juta, ratusan bahkan milyaran rupiah demi hobi dalam
olahraga, contoh : golf, automotif. Walau semua olahraga, tetapi kalau hampir
menyita kekayaan manusia sementara meninggalkan aspek-aspek yang sangat
prioritas dalam kehidupan manusia yaitu membantu kesejahteraan orang-orang yang
miskin yang sudah dilupakan.
Pada akhirnya dengan seluruh sarana itu umat Islam digiring
menjadi kelompok yang tertindas, kelompok yang selanjutnya mereka dengan sangat
gampang dijadikan sebagai kelompok bawah. Pada saat umat ini merasakan titik bawah
dalam kehidupan, kehilangan kepercayaan diri, saat itulah mereka punya peluang
untuk dimurtadkan sehingga untuk menjadi orang-orang yang murtad. Perang
pemikiran ternyata merupakan langkah pertama yang utama dalam pertempuran
antara haq dan bathil. Oleh karena itu umat Islam penting untuk mengantisipasi
yang pertama kali dengan kecerdasan intelektual. Banyak teori-teori sekarang
ini yang menjauh dari nilai-nilai Islam, teori yang terkait dengan kemanusiaan,
seperti ekonomi politik, sosial budaya atau psikologi. Karena kita tidak
memiliki kekuatan prinsip nilai-nilai Islam, tidak memiliki paradigma teori
yang bersumberkan dari Al Quran dan Sunnah Rasulullah saw, pada akhirnya kita
semua mengikuti seluruh teori-teori itu tanpa sedikitpun kita menyeleksi, akibatnya
persepsi kita berubah. Cara berfikir kita juga berubah, umat Islam tidak lagi
mencerminkan cara berfikir yang islami, sehinga emosi umat Islam pun tidak
memiliki emosi yang islami.
Al Ghozwul fikri banyak sekali
aspeknya dan itu bisa dibaca dan dikembangkan nanti dalam sejumlah buku. Karena
orang-orang sangat menekuni aspek ini sehingga lahirlah apa yang disebut Al
Musytasyrikun (kelompok orientalis) sampai di antara mereka dalam proses
ghozwul fikri menghafal Al Qur’an, mempelajari sejumlah hadits-hadits nabi saw,
bahkan menghafal ribuan hadits. Mereka bukan saja menghafal Al Qur’an juga
menguasai tafsir-tafsir Al Qur’anul karim. Bertahun-tahun mereka belajar,
kursus bahasa arab, hanya karena untuk melicinkan kemenangan mereka ditataran
pemikiran ini. Kalau sudah itu yang terjadi apalagi alasan umat Islam untuk
tidak mendalami nilai-nilai Islam.
Seharusnya kitalah yang memiliki
kemampuan serta keinginan kuat seperti itu. Semakin kita memiliki nilai-nilai
yang terkandung di dalam Al Qur’an, semakin kita dekat dengan kitabullah dan
sunnah Rasul saw, untuk prinsip-prinsip itu akan kembali kita kuasai. Pada
akhirnya kepercayaan diri umat ini akan mengangkat diri kita tidak lagi merasa
menjadi orang-orang yang lemah. Tetapi kita berhasil bangkit dengan keunggulan
dan kompetensi yang kita miliki. Kelebihan-kelebihan yang telah Allah anugerahi
dengan anugerah Al Qur’an dan sunnah Rasulullah saw, pada saat itulah kita akan
menghadapi berbagai jenis pertempuran apapun yang direkayasa dan direncanakan
orang lain. Umat ini akan siap menghadapi dengan sebenar-benar siap. Insya
Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar